MODUL
IPS
STRUKTUR SOSIAL DAN MOBILITAS SOSIAL MASYARAKAT
KELAS XII SEMESTER 1
KEGIATAN
BELAJAR 1 : STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT
1.
Pengertian
Dalam sosiologi berbicara mengenai struktur social maka
sesungguhnya kita berbicara mengenai sesuatu yang saling bergantung dan
membentuk suatu pola tertentu yang terdiri atas pola perilaku individu ,
institusi maupun masyarakat secara luas
a.
George C. Hombas
Menyatakan struktur social dengan perilaku social elementer
dalam kehidupan sehari-hari
b. Gerhard Lenshi berbicara mengenai struktur
masyarakat yang diarahkan oleh kecendrungan panjang yang menandai sejarah
c.
Talcorr Parcons , menyatakan bahwa struktur social adalah keterkaitan antar manusia
d.
Korablum , menekankan konsep struktur social
pada pol perilaku individu dan kelompok, yaitu pola prilaku berulang-ulang yang
menciptakan hubungan antar individu dan antar kelompok dalam masyarakat
Dari beberapa pendapat di atas , dapat disampaikan bahwa
struktur social adalah cara bagaimana suatu masyarakat terorganisasi dalam
hubungan-hubungan yang dapat diperbaiki
melalui pola perilaku berulang-ulang antar individu dan antar kelompok
dalam masyarakat sebagai berikut struktur social melalui 4 elemen dasar yaitu :
a.
Status social
Status social merupakan kedudukan atau posisi social seseorang
dalam kelompok masyarakat, meliputi keseluruhan posisi social yang terdapat
dalam suatu kelompok besar masyarakat , dari yang paling rendah hingga yang
paling tinggi status social terdiri dari :
A. Ascribed
Status , status yang diberikan kepada seseorang oleh masyarakat tanpa memandang
bakat dan karakteristik umur orang tersebut. Di dapat secara Otomatis melalui kelahiran seperti ras,
gender dan usia
B. Achieved
status , status yang di dapat melalui usaha-usaha sendiri seperti bersekolah ,
mempelajari keterampilan, berteman , menciptakan sesuatu
C. Assigned
Status , status yang di berikan karena telah berjasa melakukan sesuatu untuk
masyarakat.
b.
Peran social
Peran social merupakan komponen penting dalam struktur social.
Peran memberikan sumbangan pada stabilitas masyarakat dengan cara memampukan
tindakan-tindakan mereka sendiri.
c.
Kelompok
Kelompok merupakan sejumlah orang-orang yang memiliki
norma-norma, nilai-nilai dan harapan yang sama , serta secara sadar dan teratur
saling berinteraksi. Kelompok memainkan peran yang sangat penting dalama
struktur social masyarakat karena sebagian besar interaksi social kita
berlangsung dalam kelompok dan dipengaruhi norma-norma dan sanksi yang ada
dalam kelompok.
d.
Institusi
Institusi dibentuk untuk memenuhi kebutuhan tertentu melalui
institusi social, terlihat struktur dalam masyarakat institusi social seperti
keluarga , agama , penyuluh merupakan aspek fundamental dari struktur social.
2.
Fungsi struktur social
a. Struktur
social sebagi pengawas social , yakni sebagai penekan kemungkinan-kemungkinan
pelanggaran terhadap norma , nilai dan peraturan kelompok atau masyarakat
b. Struktur
social sebagai dasar untuk menanamkan suatu displin social kelompok atau
masyarakat. Hal ini disebabkan oleh struktur social memang berasal dari
kelompok atau masyarakat itu sendiri.
c. Struktur
social sebuah proses pembiasaan
3.
Bentuk struktur social
a. Intersected
social struktur
Dikatakan intersected
apabila keanggotaan dalam kelompok-kelompok social yang da bersifat menyilang.
Artinya keanggotaan dalam kelompok social tersebut memiliki latar belakang ras,
suku bangsa , ataupun agama yang berbeda-beda.
b. Consolidated
social struktur
Dikatakan consolidated jika
terjadi tumpang tindih parameter dan mengakibatkan penguatan identitas
keanggotaan dalam sebuah kelompok social.
KONFLIK SOSIAL
1.
PENGERTIAN KONFLIK
Penegrtian konflik yang paling sederhana adalah “salaing
memukul”. Tetapi definisi yang sedrhana itu tentu belum memadai , karena
konflik tidak saja tamapk sebagai pertentangan fisik semata. Secara sosiologis,
konflik diartikan sebagai suatu proses
social antara dua rang atau lebih yang erusaha menyingkirkan pihak lain dengan
jalan menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya.
2.
Factor-faktor atau akar-akar penyebab suatu
konflik social
Jenis konflik cukup banyak, mulai dari perang terbuka ,
revoluis , pemogokan buruh , kerusuhan rasial , sampai dengan perkelahian
antarinidvidu. Para sosiolog samapi sekarang masih menacari penyebab-penyebab
konflik secar umum, pola-pola eskalasinya, cara penyelasaiannya dan berbagai
konsekuensi yang ditimbulkan.
Factor-faktor yang dapat emmicu terjadinya konflik antara lain
:
a. Perbedaan
individu
Setiap manusia adalah
individu yang unik. Artinya setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang
berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan
sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi factor penyebab
konflik social, sebab dalam menjalani hubungan social , seseorang tidak selalu
berjalan dengan kelomoknya.
b. Perbedaan
latar belakang kebudayaan
Tentu kamu masih ingat bahwa dalam menjalani hubungan sosialnya ,
seseoang akan dipengaruhi oleh pola-pola pemikiran kelompoknya. Orang
dibesarkan dalam lingkungan kebudayaan yang berbeda-beda. Ada yang diasuh
dengan pola latihan kemandirian yang akn
mendorong seseorang menjadi berani dalam mengambil tindakan, bertanggung jawab
, kritis tetapi agak individualis. Ada pula yang diasuh dalam lingkungan
kebudayaan yang menerapkan pola ketergantungan. Dalam hal ini , seseorang akan
cenderung bersifat kurang mandiri , menghargai orang lain , bersahabat dan
tidak inidividualis.
c. Perbedaan
kepentingan
Manusia memiliki perasaan
, pendirian , maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Oleh karena
itu dlam waktu yang bersamaan , masing-masing orang atau kelompok memiliki
kepentingan yang berda-beda. Kadang-kadang orang dpaat melakukan hal yang sama
, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
d. Perubahan-perubahan
nilai yang cepat
Sebagaimana telah
diketahui bahwa perubahan nilai terjadi disetiap masyarakat. Artinya
nilai-nilai social , baik nilai kebenaran , kesopanan , maupun nilai material
dari suatu benda mengalami perubahan. Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan
wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berkangsung cepat atau bahkan
mendadak, akan menyebabkan konflik social , misalnya pada masyarakat pedesaan
yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik
social sebab nilai-nilai lama pada masyrakat tradisional yang biasanya bercorak
pertanian cesara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyaraklat industry.
Menurut De Moor, dalam
suatu system social hanya dapat dikatakan terdapat konflik jika para penghuni
system tersebut membiarkan dirinya dibimbing oleh tujuan-tujuan yang
bertentangan dan terjadi secara besar-besaran. Mengenai pembagian konflik
social dalam masyarakat , Dahrendorf membedakan konflik menjadi empat macam ,
yaitu sebagi berikut :
a. Konflik
antara atau dalam peran social , misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga
atau profesi
b. Konflik
antara kelompok-kelompok social
c. Konflik
antara kelompok-kelompok yang terorganisisr dan tidak terorganisir
d. Konflik
antara satuan nasional , misalnya antara partai politik , antara negar-negara
atau antara organisasi-organisasi internasional
Situasi-situasi
oemicu konflik. Konflik yang terjadi di antara individu dalam menjalankan interaksinya
banyak dibahs dalam studi psikolog social. Saalh satunya dikemukakan oleh
Ursula Lehr. Menurut ilmuwan ini , kemungkinan-kemungkinan situasi yang dapat
menimbulkan konflik adalah sebagai berikut :
a.
Konflik dengan orang tua sendiri
Konflik ini terjadi sebagai akibat situasi-situasi hidup bersama dengan orang tua.
Pengharapan-pengahrapan orang tua dan kewajiban-kewajiban seorang anak kepada
kedua orang tuanya sulit sekali dijalankan bersamaan secara serasi.
b.
Konflik dengan anak-anak sendiri
Konflik ini terjadi misalnya setelah orang tua mengetahui
tingkah laku anak yang tidak cocok dengan harapannya. Akibatnya , orang tua
memberikan tanggapan yang berlebihan , misalnya menghukum , mengurangi hak-hak
mereka dan lain – lain.
c.
Konflik dengan sanak keluarga
Pada masa kanak-kanak dan remaja dapt timbul konflik terutama
dengan kakek ,nenek , paman dan bibi yang ikut dalam proses pendidikan anak .
pada masa masa berikutnya , dapat timbul konflik dengan mertua atau keluarga
suami atau istri yang dipandang terlalu ikut campur atau dengan saudara-saudara
sendiri misalnya akibat pembagian warisan yang dianggap tidak adil.
POLA
PENYELESAIAN KONFLIK
Konflik
dapat berpengaruh positif atau negative , dan sellalu ada dalam kehidupan. Oleh
karena itu konflik hendaknya tidak serta merta harus di tiadakan. Persoalannya
. bagaimana konflik itu bias di management
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan disentregrasi social.
Cribbin
(1985) , mengelaborasi tegadap tiga hal
, yaitu mulai yang cara yang tidak efektif , yang efektif , dan yang paling efektif. Menurutnya ,
strategi yang di pandang paling tidak efektif , misalnya di tempuh cara :
1. Dengan paksaan strategi ini umumnya tidak
disukai oleh kebnyakan orang . dengan paksaan , mungkin konflik bias di
selesaikan dengan cepat , namun bias
menimbulkan reaksi kemarahan atau reaksi negative lainnya.
2. Dengan penundaan. Cara ini bisa berakibat penyelesaian konflik
sampai belarut-larut .
3. Dengan bujukan . bisa berakibat pisikologis ,
orang akan kebal dengan bujukan sehingga perselihan akan semakin tajam
4. Dengan koalisi yaitu suatu bentuk persekutuan
untuk mengendalikan konflik . akan tetapi strategi ini bisa memaksakan orang
untuk memihak , yang pada gilirannya bisa menambah kadar konflik-konflik sebuah
“perang”
5.
Dengan tawar-menawar distribusi. Strategi
ini sering tidak menyelesaikan masalah
karena masing-masing pihak saling melepaskan beberapa penting yang menjadi
haknya , dan jika terjadi konflik mereka merasa menjadi korban konflik.
Strategi
yang dipandang lebih efektif , dalam pengelolaan konflik meliputi :
1. Koesitensi damai yaitu mengendalikan konflik
dengan cara tidak saling mengganggu dan saling merugikan denga n menetapkan
peraturan yang mengacu pada perdamaian serta di tetapkan secara tetap dan konsekuen.
2. Dengan mediasi (perantaraa) . jika penyelesaian
konflik menemukan jalan buntu , masing-masing pihak bisa menunjuk pihak ketiga
untuk mnejadi perantara yang berperan secara jujur dan adil serta tidak
memihak.
Sedangkan
strategi yang dipandang efektif antara lain :
1. Tujuan sekutu besar , yaitu dengan melibatkan
pihak-pihak yang terlibat konflik kearah tujuan yang lebih besar dan konflek.
Misalnya dengan cara membangun sebuah kesadaran nasional yang lebih mantap ,
2.
Tawar menawar integrative , yaitu dengan
mengiring pihak-pihak yang berkonflik , untuk lebih berkonsentrasi pada
kepentingan yang luas dan tidak hanya
berkisar pada kepentingan sempit ,
misalnya kepentingan individu , kelompok , golongan atau suku bangsa
tertentu.
Pengendalian
konflik dengan cara konsiliasi , terwujud melalui lembaga-lembaga tertentu
yang memungkinkan tumbuhnya pola diskusi dan pengambilan keputusan di
antara pihak-pihak yang berkonflik. Lembaga yang dimaksud
diharapkan berfungsi secara efektif , yang sedikitnya memenuhi empat hal yaitu :
1.
Harus mampu mengambil keputusan secara
otonom , tanpa campur tangan dari
badan-badan lain.
2.
Lembaga harus
bersifat monopolistis , dalam
arti hanya lembaga itulah yang berfungsi demikian.
3.
Lembaga
harus mampu mengikat kepentingan
bagi pihak-pihak yang berkonflik,
4.
Lembaga tersebut harus bersifat demokratis
Pola
penyelesaian konflik juga bisa dilakukan dengan menggunakan strategi seperti berikut :
1. gunakan persaingan dalam penyelesaian konflik,
bila tindakan cepat dan tegas itu pital, mengenai isu penting dimana tindakan
tidak popular perlu dilaksanakan.
2. Gunakan kolaborasi untuk menemukan pemecahan
masalah integrative bila kedua perangkat kepentingan terlalu penting untuk
dikompromikan.
3. Gunakan penghindaran bila ada isyu sepele, atau
ada isu lebih penting yang mendesak. Bila kita tidak adanya peluang bagi
terpuaskannya kepentingan anda.
4. Gunakan akomodasi bila diketahui kita keliru dan
untuk memungkinkan pendirian yang lebih baik didengar untuk belajar, dan untuk
menunjukan kewajaran.
5. Gunakan kompromis bila tujuan penting, tetepi
tidak layak mendapatkan upaya pendekatan-pendekatan yang lebih jelas disertai
kemungkinan gangguan.
1.
Macam-macam pola pengelolaan konflik
Menurut penelitian Vliert dan Euwema , peneliatian-penelitian mengenai
cara-cara penyelesaian konflik menggunakan klasifikasi yang berbeda.
Berpijak
dari perbedaan budaya , nilai maupun adat kebiasaan , Ury , Brett , dan
Goldberg mengajukan tiga model pengelolaan konflik , sebagai berikut :
1.
Differing
to status power
Individu dengan status yang lebih tinggi memiliki kekuasaan
untuk mmebuat dan memaksakan solusi yang
di tawarkan . Status social memegang peranan
dalam menentukan aktivitas yang di lakukan .
2.
Applying Regulations
Model I ni di tekankan
oleh asumsi bahwa interaksi social di
atur oleh hokum universal. Peraturan diterapkan secara merata pada seluruh anggota. Peraturan di
bakukan untuk menggambarkan hukuman dan penghargaan yang di berikan berdasarkan
perilaku yang di lakukan , bukan
berdasarkan orang ya ng terlibat.
3.
Integrating Interest
Model ini menekankan pada perhatian pihak yang terlibat ,
untuk membuat hasilnya lebih bermanfaat
bagi mereka daripada tidak mendapatkan kesepakatan satupun .
Pola penyelesaian konflik bila di pandang dari sudut
menang-kalah pada masing-masing pihak , maka ada empat bentuk pengelolaan
konflik , yaitu :
1. Bentuk
kalah-kalah(menghindari konflik )
Bentuk pertama ini
menjelaskan cara mengatasi konflik dengan menghindari konflik dan mengabaikan masalh yang timbul. Atau bias
berarti bahwa kedua blah pihak tidak sepakat untuk menyelesaikan konflik atau
menemukan kesepakatan untuk mengatasi
konflik tersebut.
2. Bentuk
menang-kalah (persaingan)
Bentuk kedua ini
memastikan bahwa satu pihak memenangkan konflik
dan pihak lain kalah. Biasanya kekuasaan atau pengaruh digunakan untuk
memastikan bahwa dalam konflik tersebut individu tersebut yang keluar sebagai
pemenangnya.
3. Bentuk
kalah-menang (mengakomodasi)
Agak berbeda dengan
bentuk kedua, bentuk ketiga ini yaitu individu kalah-pihak lain menang ini
berarti individu berada dalam posisi mengalah
atau mengakomodasi kepentingan pihak lain. Gaya ini digunakan untuk
menghindari kesulitan atau masalah yang lebih besar.
4. Bentuk
menang-menang (kolaborasi)
Bentuk keempat ini disebut
dengan gaya pengelolaan konflik kolaborasi. Tujuannya adalah mengatasi konflik
dengan menciptakan penyelesaian melalui consensus atau kesepakatan bersama yang
mengikat semua pihak yang bertikai.
Berbeda dengan pendapat
di atas Hendricks (2001) mengemukakan lima gaya pengelolaan konflik yang
diorientasikan dalam organisasi maupun perusahaan. Lima gaya yang dimaksud
adalah:
1. Integrating
(menyatukan,menggabungkan)
Individu yang memilih
gaya ini melakukan tukar menukar informasi. Disini ada keinginan untuk
mengamati perbedaan dan mencari solusi yank dapat diterima semua kelompok. Cara
ini mendorong berfikr kreatif serta mengembangkan alternative memecahkan
masalah.
2. Obliging (saling membantu)
Disebut juga karena
kerelaan membantu . cara ini menempatkan nilai yang tinggi untuk orang lain
smentara dirinya dinilai rendah. Kekuasaan diberikan pada orang lain.
3. Dominating
(menguasai)
Tekanan gaya ini adalah
pada diri sendiri. Kewajiban bias saja diabaikan demi kepentingan pribadi. Gaya
ini meremehkan kepentingan orang lain. Biasanya berorientasi pada kekuasaaan
dan penyelesaiannya cenderung dengan menggunakan kekuasaan .
4. Avoiding (menghindar)
Individu yang menggunakan
gaya ini tidak mennempatkan nilai pada diri sendiri atau orang lain. Ini adalah
gaya menghindar dari persoalan, termasuk didalamnya menghindar dari tanggung
jawab.
5. C ‘o’
mpromising (kompromi)
Perhatian dalam diri
sendiri atau orang lain berada dalam tingkat sedang.
Lebih lanjut Johnson
& Johnson (1991) mengajukan beberapa
gaya atau strategi dasar pengelolaan konflik yaitu :
1. Withdrawing
(menarik diri). Individu yang menggunakan stratgi ini percaya bahwa lebih mudah
menarik diri dari konflik dari pada
menghadapinya. Mereka cenderung menarik diri untuk menghindari konflik.
2. Forcing
(memaksa). Individu berusaha memaksa lawannya menerima solusi konflik yang
ditawarkannya. Tujuan pribadinya dianggap sangat penting. Mereka menggunakan
segala cara untuk mencapai tujuannya. Mereka tidak peduli akan kebutuhan dan
minat orang lain, serta apakah orang
lain itu menerima solusi mereka atau tidak .
3. Smoothing
(melunak). Individu yang menggunakan strategi ini berpendapat bahwa
pempertahankan hubungan dengan orang lain jauh lebih penting dibandingkan
dengan pencapaian tujuan pribadi. Mereka ingin diterima dan dicintai. Mereka
merasa bahwa konflik harus dihindari demi keharmonisan dan bahwa orang tidak
akan dapat membicarakan konflik tanpa mengakibatkan
rusaknya hubungan.
4. Compromising (kompromi).
Strategi ini digunakan individu yang menaruh perhatian baik terhapat
pribadinya sendiri maupun hubungan dengan orang lain. Mereka berusaha
berkompromi, mengorbankan tujuannya sendiri dan mempengaruhi pihak lain untuk
mengorbankan sebagian tujuannya juga.
5. Confronting (konfrontasi). Individu dengan tipe ini menaruh
perhatian sangat tinggi terhadap tujuan pribadi maupun kelangsungan hubungan
dengan orang lain. Mereka memandang konflik sebagai masalah yang harus
dipecahkan dan solusi terhadap konflik haruslah mencapai tujuan pribadinya
sendiri maupun tujuan orang lain.
2.
Factor-faktor yang mempengaruhi pola
penyelesaian konflik
Johnson & Johnson (1991) menyatakan beberapa hal yang
harus diperhatikan bilamana seseorang terlibat dalam suatu konflik dan
akibatnya menentukan bagaimana seseorang menyelesaikan konflik, sebagai berikut
:
1. Tercapainya
persetujuan yang dapat memuaskan kebutuhan serta tujuannya. Tiap orang memiliki
tujuan pribadi yani ingin dicapai. Konflik bias terjadi karena tujuan dan
kepentingan individu menghalangi tujuan dan kepentingan individu lain.
2. Seberapa
penting hubungan atau interaksi itu untuk dipertahankan. Dalam situasi social,
yang didalamnya terdapat keterikatan interaksi, individu harus hidup bersama
dengan orang lain dalam periode tertentu. Oleh karena itu diperlukan interaksi
yang efektif selama beberapa waktu.
Factor-faktor
lain yang berpengaruh terhadap pengelolaan konflik, seperti berikut ini :
1.
Kepribadian individu yang terlibat konflik
Stenberg dan Soriono berpendapat bahwa gaya pengelolaan
konflik seorang individu dapat diprediksi dari karakteristik intelektual dan
kepribadiannya. Mereka menemukan bahwa subjek dengan skor itelektual yang
rendah cenderung menggunakan aksi fisik dalam mengatasi konflik. Dari
karakteristik kepribadian dapat diprediksi bahwa sujek dengan skor tinggi pda
need for deference ( kebutuhan untuk
mengikuti dan mendukung seseorang), need for abasement (kebutuhan untuk menyerah atau tunduk) dan
need for order (kebutuha untuk membuat
teratur) cenderung untuk memilih gaya-gaya pengelolaan konflik yang membuat
konflik melunak. Sebaliknya subjek dengan skor tinggi pada need for autotomi
(kebutuhan un tuk bebas dan lepas dari tekanan ) dan need for change (kebutuhan untuk membuat
perubahan) memiliki kecenderungan untuk memilih paling tidak satu gaya pengelolaan
konflik yang membuat konflik semakin intensif.
2.
Situasional
Aspek situasi yang penting antara lain adalah perbedaan
struktur kekuasaan, riwayat hubungan, lingkungan social, dan pihak ketiga.
Apabila satu pihak memiliki kekuasaan lebih besar terhadap situasi konflik,
maka besar kemungkinana akan diselesaikan dengan cara dominasi oleh pihak yang
lebih kuat posisinya. Riwayat hubungan menunjuk pada pengalaman sebelumnya
dengan pihak lain, skap dan kenyakinan terhadap pihak lain tersebut. Termasuk dalam
aspek lingkingan social adalah norma-norma social dalam menghadapi konflik dan
iklim social yang mendukung melunaknya konflik atau justru mempertajam konflik.
3.
Interaksi
Digunakannya pendekatan disposisional saja dalam mencari
pemahaman akan perilaku social dianggap mempunyai manfaat yang terbatas. Pendekatan yang lebih
dominan dalam menerangkan perilaku social adalah interaksi dan saling
mempengaruhinya determinan situasional dan disposisional.
4.
Isu konflik
Tipe isu tertentu kurang mendukung rsolusi konflik yang
konstruksif dibandingkan dengan isu yang lain. Tipe isu seperti ini meng
Rahkan partisipan konflik untuk memandang konflik sebagai
permainan kalah-menang. Isu yang berhubungan dengan kekuasaan,status,
kemenangan , dan kekalahan , pemilikan akan sesuatu tidak tersedia
substitusinya, adalah termasuk tipe-tipe isu yang cenderung diselesaikan dengan
hasil mennag kalah.
DAMPAK KONFLIK SOSIAL
DAMPAK POSITIF
1. Merperjelas
batas-batas diri
Setiap orang dalam
kehidupan bermasyarakat , memiliki tanggung jawab atas hak dan kewajiban yang
mereka miliki. Hak adalah sesuatu yang menjadi milik seseorang. Misalnya
hak-hak mereka memperoleh pekerjaan yang layak bagi ke manusia, hak untuk hidup
, hak untuk berserikat dan berkumpul dan juga hak untuk mencintai dan dicintai.
Sedangkan kewajiban
adalah sesuatu yang harus dilakukan oleh seseorang sebagai warga masyarakat.
Sopan berlalu lintas
adalah wujud kebebasan yang dibatasi oleh kebebasan orang lain berlalu lintas.
Dapat dikatakan secara sederhana jangan orang lain mengerem karena tindakan
kita. Jika dalam berlalu lintas orang lain mengerem karena kendaraan kita
berarti kita telah melanggar kebebasan orang lain dan itu berarti kita
mengambil hak orang lain untuk kebebasan kita , tindakan demikian tidaklah
benar.
2. Menguatnya
solidaritas kelompok
Salah satu upaya
menguatkan solidaritas dalam kelompok adalah membuat musuh bersama bagi
kelompoknya. Misalnya dalam memperjuangkan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia,
pemimpin bangsa ini menjadikan penjajah Belanda sebagai musuh bangsa Indonesia.
3. Hikmah
di balik konflik
Kata yang sering kita
dengar “ambillah hikmah dibalik peristiwa yang terjadi” . adalah ungkapan yang
sangat tepat untuk menjelaskan adanya hikmah dibalik konflik yang terjadi.
Misalnya konflik Suku dayak dan Madura di Sampit akan memberikan hikmah bagi
kedua belah pihak untuk lebih berjati-hati dalam hubungan social dalam
kehidupan bermasyarakat.
EKSES KONFLIK ( DAMPAK
NEGATIF)
Ekses konflik akibat
negative yang terjadi dengan adanya konflik. Ekses ini dapat di kategorikan
menjadi beberapa hal berikut ini :
1. Perpecahan
Akibat negative dari
konflik adalah terjadinya perpecahan dalam banyak hal dan peristiwa.
2. Permusuhan
Konflik yang tidak terselesaikan
dengan baik dapat berakses bagi terjadinya permusuhan. Dendam selama ini ada
akan tetap tersimpaan dan tdendam tersebut sebagai biang keladi bagi terjadinya
permusuhan. Ungkapan hutang darah
dibayar darah , hutang nyawa dibayar nyawa , adalah ungkapan permusuhan yang
ditimbulkan oleh konflik yang tidak terselesaikan dengan baik.
Konflik dapat terjadi
antar individu dengan individu ; individu dengan kelompok maupun kelompok
dengan kelompok, demikian juga halnya permusuhan tersebut dapat terjadi antar
individu yang lain , misalnya berebut gadis antara kedua remaja laki-laki,
dapat berakhir dengan perkelahian dan bahkan sampai terjadi pembunuhan diantara
mereka yang berebut seorang gadis.
3. Balas dendam
Dendam merupakan gejala
yang banyak kita dpaatkan dari konflik yang terjadi , mereka berharap suatu saat dapat membalas kekalahan yang dia
alami. Balas dendam biasanya menungggu kesempatan dimana lawan konflik dalam
keadaan lengah atau tidak berdaya . Di beberapa masyarakat balas dendam sering merupakan kewajiban bagi keturunan dan bahkan
di anggap sebagai keharusan dalam menghormati orang tua atau leluhurnya , manakalakeluarga
atau kelompoknya pernah dipermaluka.
Siriik misalnya di suatu masyarakat
adalah suatu kewajiban balas dendam yang harus dilakukan sebagai
kewajiban manakala keluarga ada anggota yang di bunuh atau dipermalukan di depan umum.
4. Kekerasan
Kekerasan merupakan
tindakan fisik dan non fisik yang ditujukan
kepada orang lain yang lebih lemah keberadaannya. Mereka yang lebih kuat lebih berkuasa melakukan tindakan
kekerasan pada pihak lain yang lebih
lemah atau berada di bawah kekuasaannya. Kekerasan dapat terjadi di lingkungan
mana saja seperti kekerasan rumah tangga atau keluarga, kekerasan dalam tempat
kerja maupun di lembaga pendidikan smei militer dan militer.
5. Perubahan
kepribadian
Perubahan dimungkinkan
terjadi akibat konflik yang ada , hal
ini terkait dengan keseimbangan
psikologis dan sisiologis dari yang
bersangkutan. Secara
psikologis apakah terdapat kekecewaan, tekanan bathin dan stress
maupun perasaan bersalah yang
berkepanjangan. Secara sisiologis apakah
hubungan social diantara mereka
terganggu atau tidak.
Misalnya perceraian orang
tua akan berdampak buruk kepada anak-anaknya, figure orang tua sanagt penting kepada anak-anak.
6. Jatuhnya korban
Korban berjatuhan dapat
dimungkinkan sebagai akibat dari konflik yang ada. Anak-anak menjadi kkorban
perceraian ayah dan ibu . konflik antar suku banyak yang meninggal dun ia
karena terkena senjata tajam pada waktu konflik terbuka terjadi.
Jatuhnya korban tidak selamanya berupa nyawa, akan tetapi juga bisa berupa
barang, kekayaan harta benda dan berbagai
sarana prasarana yang ada yang menjadi sasaran tindak pengrusakan yang terjadi pada waktu konflik tersebut terbuka.
7. Dominasi
yang kuat atas yang lemah
Hasil dari konflik yang
ada adalah kemenangan atau kekalaha n bagi salah satu pihak yang berkonflik. Kenyataan demikian membuat mereka yang
menang akan menguasai kelompok yang kalah dan kelompok yang kalah akan
berada di bawah kekuasaan yang
menang.
KEGIATAN BELAJAR 2 :
MOBILITAS SOSIAL
MOBILITAS SOSIAL adalah perubahan , pergeseran , peningkatan,
ataupun penurunan status dan peran anggotanya. Menurut Horton , mobilitas
social adalah suatu gerak perpin dahan dari satu kelas social ke kelas social
yang lainnya atau gerak pindah dari
strata yang lainnya. Semenatra menurut Kimball Young dan Raymond W.Mack , mobilitas
social adalah suatu gerak dalam struktur social yaitu pola-pola tertentu yang mnegatur
organisasi suatu kelompok social. Struktur social mencakup sifat hubungan antara individu
dalam kelompok dan hubungan antara individu dengan kelompoknya.
1. Cara
untuk melakukan mobilitas social
Secara umum , cara orang
untuk melakukan mobilitas social ke atas adalah sangat beragam, diantaranya
adalah sebagi berikut :
a. Perubahan
standar hidup
Kenaikan penghasilan
tidak menaikkan status secara otomatis, melainkan akan merefleksikan suatu
standar hidup yang lebih tinggi. Ini
akan mempengaruhi peningkatan status.
b. Perkawinan
Perkawinan pada umumnya
bertujuan untuk memnuj=hi kebutuhan seksual dan melanjutkan keturunan. Namun secara sosiologis pada umunya perkawinan juga bertujuan untuk
meningkatkan status social yang lebih tinggi dari mannusia yang bersangkutan,
namun demikian tidak smeua individu
memiliki pandangan tersebut.
c. Perubahan
tempat tinggal
Untuk meningkatkan status
social, seseorang dapat berpindah tempat tinggal dari tempat tinggal yang lama
ke tempat tinggal yang baru. Atau dengan cara merekonstruksi tempat tinggal nya
yang lama menjadi lebih megah , indah dan
mewah.
d. Perubahan
tingkah laku
Untuk mendapatkan status
social yang tinggi , orang berusaha menaikkan status
sosialnya dan mempraktekkan
bentuk-bentuk tingkah laku kleas yang lebih tinggi yang diaspirasikan
sebagai kelas. Bukan hanya tingkah laku , tetpai juga pakaian, ucapan , minat ,
dan sebagainya.
e. Perubahan
nama
Dalam suatu masyrakat,
sebuah nama diidentifikasikan pada posisi social tertentu. Gerak ke atas dapat
dilaksanakan dengan mengubah nama yang menunjukkan posisi social yang
lebih tinggi.
2. Factor
penghambat mobilitas social
Ada beberapa factor
penting yang justru menghambat
mobilitas social . Factor-faktor
penghambat itu antara lain sebagai berikut :
a. Perbedaan
kelas rasial
Seperti yang terjadi di
Afrika Selatan di masa lalu, dimana ras berkulit uputih berkuasa dan tidak
member kesempatan kepada mereka yang berkulit hitam untuk dapat duduk
bersama-sama di pemerintahan sebagai
penguasa. System ini disebut Apharteid dan dianggap berakhir ketika Nelson Mandela, seorang kulit hitam terpilih menjadi presiden Afrika Selatan.
b. Agama
Seperti yang terjadi di
india yang mneggunakan system kasta, menjadikan agama sebagai penghambat
terjadinya mobilitas social. Hal ini dikarenakan tidak diperkenankannya
terjadi interaksi antara manusia yang berbeda kasta.
c. Diskriminasi
kelas
Diskriminasi dalam system
kelas terbuka dapat menghalangi mobilitas ke atas, hal ini terbukti dengan
adanay pembatasan suatu organisasi tertentu dengan berbagai syarat dan
ketentuan, sehingga hanya sedikit orang yang mampu mendapatkannya.
d. Kemiskinan
Kemiskinan bilamana
keluarga tidak dapat memenuhi kebutuhan pkok warga Negara dalam jumlah sukuo
dan memadai , dapat membatasi kesempatan bagi seseorang untuk berkembang dan
mencapai suatu social tertentu.
e. Perbedaan
jenis kelamin
Perbedaan jenis kelamin
dalam masyrakat juga berpengaruh terhadap prestasi , kekuasaan , status social,
dan kesempatan-kesempatan untuk meningkatkan status sosialnya.
3. Beberapa
bentuk mobilitas social
a. Mobilitas
social horizontal
Mobilitas horizontal
merupakan peralihan individu atau obyek-obyek social lainnya dari suatu
kelompok social ke kelompok social lainnya yang sederajat.
Tidak terjadi perubahan dalam
derajat kedudukan seseorang dalam
mobilitas sosialnya.
b. Mobilitas
social vertical
Mobilitas social vertical adalah perpindahan individu atau obyek-obyek social dari suatu kedudukan social ke kedudukan social lainnya yang tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya, mobilitas social vertical dapat dibagi menjadi dua, mobilitas vertical ke atas dan mobilitas social vertical ke bawah
Mobilitas social vertical adalah perpindahan individu atau obyek-obyek social dari suatu kedudukan social ke kedudukan social lainnya yang tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya, mobilitas social vertical dapat dibagi menjadi dua, mobilitas vertical ke atas dan mobilitas social vertical ke bawah
A, Mobilitas vertical ke atas ( Sosial
Climbing)
Mobilitas vertical ke atas mempunyai dua
bentuk yang utama, yaitu (1) Masuk ke
dalam kedudukan yang lebih tinggi
, yaitu masuknya individu-individu yang mempunyai kedudukan rendah kedalam kedudukan yang lebih tinggi, dimana kedudukan tersebut telah
ada sebelumnya. (2) Membentuk kelompok baru yaitu pembentukan suatu kelompok baru
yang memungkinkan individu untuk meningkatkan status sosialnya , misalnya
dengan mengangkat diri menjadi ketua
organisasi.
B, Mobilitas vertical ke bawah ( Sosial
Sinking)
Mobilitas vertical ke bawah mempunyai dua bentuk utama yaitu
turunnya kedudukan dan turunnya derajat kelompok. Turunnya kedudukan bilamana
kedudukan individu turun ke kedudukan yang derajatnya lebih rendah. Turunnya
derajat kelompok. Derajat sekelompok individu menjadi turun yang berupa
disintegrasi kelompok sebagai kesatuan.
c. Mobilitas
antargenerasi
Mobilitas antar generasi
umunya berarti mobilitas dua generasi
atau lebih, misalnya generasi ayah-ibu,generasi anak,generasi cucu dan
seterusnya. Mobilitas ini ditandai dengan
perkembangan taraf hidup,baik naik maupun turun dalam suatu generasi.
Penekannya bukan pada perkembangan keturunan itu sendiri, melainkan pada
perpindahan status social suatu generasi
ke generasi lainnya.
d. Mobilitas
intra generasi
Mobilitas intra generasi
adalah mobilitas yang terjadi didalam
satu kelompok generasi yang sama. Contoh : pak Amin adalah seotang buruh. Ia
memiliki anak yang bernama Endra yang menjadi tukang becak . KEmudian istrinya
melahirkan anak yang kedua yang diberi nama Riki yang awalnya menjadi tukang
becak juga. Tetapi Riki lebih beruntung sehingga bisa mengubah statusnya
menjadi seorang pengusaha becak , sementara Endra tetap menjadi tukang becak .
perbedaan status social antara ENdra dengan adiknya disebut mobilitas
intragenerasi.
e. Gerak
social geografis
Gerak social ini adalah
perpindahan individu atau kelompok dari satu daerah ke daerah yang lain seperti
transmigrasi , urbanisasi,dan migrasi.
4. Faktor-faktor
yang mempengaruhi mobilitas social
Mobilitas social
dipengaruhi oleh factor-faktor berikut :
a. Perubahan
kondisi social
Struktur kasta dan kelas
dapat berubah dengan sendirinya karena adanya perubahan dari dalam dan dari
luar masyarakat . Misalnya kemajuan teknolohi membuka kemungkinan timbulnya
mobilitas ke atas. Perubahan ideology dapat menimbulkan stratifikasi baru
b. Ekspansi
territorial dan gerak populasi
Ekspansi territorial dan perpindahan penduduk yang cepat membuktikan cirri fleksibilitas struktur stratifikasi dan mobilitas social , misalnya perkembangan kota , transmigrasi , bertambahnya dan berkurangnya penduduk.
Ekspansi territorial dan perpindahan penduduk yang cepat membuktikan cirri fleksibilitas struktur stratifikasi dan mobilitas social , misalnya perkembangan kota , transmigrasi , bertambahnya dan berkurangnya penduduk.
c. Komunikasi
yang bebas
Situasi-situasi yang
menbatasi komunikasi antar strata yang beraneka ragam memperkokoh garis
pembatas diantara strata yang ada dalam pertukaran pengertahuan dan pengalaman
di antara mereka dan akan menghalangi mobilitas social. Sebaliknya , pendidikan
dan komunikasi yang bebas serta efektif akan memudarkan semua batas garis dari
strata social yang ada dan merangsang mobilitas sekaligus menerobos rintangan
yang menghadang.
d. Pembagian
kerja
Besarnya kemungkinan bagi
terjadinya mobilitas dipengaruhi oleh tingkat pembagian kerja yang ada. Jika
tingkat pembagian kerja tinggi dan sangat dispesialisasikan , maka mobilitas
akan menjadi lemah dan menyulitkan orang bergerak dari satu strata ke strata
yang lain kare spesialisasi pekerjaan menuntut keterampilan khusus. Kondisi ini
memacu anggota masyarakatnya untuk lebih kuat berusaha agar dpaat menempati staus
social.
5. Saluran-saluran
mobilitas social
a. Angkatan
bersenjata
Angkatan bersenjata
apapun namanya di suatu Negara merupakan salah satu saluran mobilitas social.
Angkatan bersenjata merupakan organisasi yang dapat digunakan untuk saluran
mobilitas vertical ke atas mellaui tahapan yang disebut kenaikan pangkat.
b. Lembaga-lembaga
keagamaan
Lembaga-lembaga keagamaan
dapat mengangkat staus social seseorang, misalnya yang berjasa dalam
perkembangan Agama seperti Kyai, Santri , Uztad , Biksu , Pendeta dan lain
sebagainya
c. Lembaga
pendidikan
Lembaga-lembaga
pendidikan pada umumnya merupakan saluran yang konkrit dari mobilitas vertical
ke atas, bahkan dianggap sebagai social elevator yang bergerak dari kedudukan
yang rendah ke kedudukan yang lebih tinggi. Pendidikan memberikan kesempatan
pada setiap orang untuk mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi.
d. Organisasi
politik
Seperti angkatan
bersenjata organisasi politik memungkinkan anggotanya yang loyal dan
berdedikasi tinggi untuk menempati jabatan yang lebih tinggi , sehingga status
sosialnya meningkat.
e. Organisasi
ekonomi
Organisasi ekonomi dapat
meningkatkan tingkat pendapatan sseorang. Semakin besar prestasinya , maka
semakin besar jabatannya. Karena jabatannya tinggi akibatnya pendapatannya
bertambah. Karena pendapatannya bertambah akibatnya kekayaannya bertambah pula.
Dan karena kekayaannya bertambah , status sosialnya di masyarakat meningkat.
f.
Organisasi keahlian
Orang yang rajin menulis
dan menyumbangkan pengetahuan kepada kelompok pasti statusnya akan dianggap
lebih tinggi daripada pengguna biasa. Keterlibatan seseorang dalam suatu
kelompok organisasi profesi atau keahlian mendorong yang bersangkutan mengalami
perubahan social.
g. Perkawinan
Sebuah perkawinan dapat
menaikkan status seseorang. Seseorang yang menikah dengan orang yang memiliki
status terpandang akan dihormati karena pengaruh pasangannya. Demikian halnya
bila sebaliknya. Oleh karena itu , banyak ditemukan dlama masyarakat perkawinan
yang tidak didasarkan rasa cinta kedua belah pihak tetapi didasakan upaya
peningktan status social masing-masing pihak.
6. Dampak
mobilitas social
Gejala naik turunnya
status social tentu memberikan konsekuensi-konsekuensi tertentu terhadap
struktur social masyrakat. Konsekuensi-konsekuensi itu kemudian mendatangkan
berbagai reaksi. Reaksi ini data berbentuk konflik. Ada berbagai macam konflik
yang bisa muncul dalam masyarakat sebagai akibat terjadinya mobilitas :
a. Konflik
antar kelas
Dalam masyarakat , terdapat lapisan-lapisan
social karena ukuran-ukuran seperti kekayaan,kekuasaan dan pendidikan. Kelompok
dalam lapisan-lapisan tadi disebut kelas social, apabila terjadi perbedaan
kepentingan antar kelas-kelas social yang ada di masyarakat dalam mobilitas
social maka akan muncul konflik antarkelas. Contohnya demostrasi buruh yang
menuntut kenaikan upah, menggambarkan konflik antar kelas buruh dengan
pengusaha
b. Konflik
antarkelompok social
Di
dlaam masyarakat terdapat pula kelompok social yang beraneka ragam. Diantaranya
kelompok social berdasarkan ideology, profesi , agama , suku , dan ras. Bila
salah satu kelompok berusaha untuk menguasai kelompok lain , maka akan timbul
konflik. Contohnya tawuran pelajar, perang antar kampong , perang antar suku ,
perang antar geng dan lainnya.
c. Konflik
antar generasi
Konflik
antargenerasi terjadi antara generasi tua yang mempertahankan nilai-nilai lama
dan generasi muda yang ingin mengadakan perubahan. Contoh : Pergaulan bebas
yang saat ini banyak dilakukan kaum muda di Indonesia sangat bertentangan
dengan nilai-nilai yang dianut generasi tua.
d. Penyesuaian
kembali
Setiap
konflik pada dasarnya ingin menguasai atau mengalahkan lawan. Bagi pihak-pihak
yang berkonflik bila menyadari bahwa konflik itu lebih banyak merugikan
kelompoknya, maka akn timbul penyelesaian kembali yang didasari oleh adanya
rasa toleransi kembali yang didasari
oleh adanya rasa toleransi atau rasa saling menghargai. Penyesuaian semacam ini
disebut akomodasi.
e. Orang-orang
akan berusaha untuk berprestasi atau berusaha untuk maju karena adanya
kesempatan untuk pindah strata. Kesempatan ini mendorong orang untuk mau
bersaing, dan bekerja keras agar dapat naik ke strata atas. Contohnya seorang
anak miskin berusaha belajar dengan giat, agar mendapatkan kekayaan dimasa
depan.
f.
Mobilitas social akan lebih mempercepat tingkat
perubahan social masyarakat kearah yang lebih baik.Moilitas social yang terjadi
pada masyarakat bisa mengakibatkan munculnya perubahan menuju yang lebih baik
pada masyarakat.
0 komentar:
Posting Komentar